Rabu, 17 September 2008

Tragedi Pasuruan; Masihkah Kita Patut Berbangga?

Masihkah kita bangga?
Patutkah kita menepuk dada?
Di Pasuruan, 21 orang meregang nyawa berdesakan dan terinjak-injak dari kaki-kaki yang sama,
kaki fakir miskin
Demi mendapatkan sedekah Rp 30.000,-
Bukan tragedi pariwisata,
bukan tragedi kendaraan mewah,
dan bukan juga konser yang megah
Tapi ini tragedi dari kelompok orang yang menderita.
Aku terisak dan tak sanggup menahan air mata
mungkin aku cengeng, tapi tak apa.
Mari kita merenung tentang siapa diri kita?
dan mari kita berdoa uintuk arwah mereka

4 komentar:

mustakim mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
tong mengatakan...

Bahkan aku tak sanggup lagi untuk menyaksikan tubuh-tubuh renta berjuang dengan nyawanya hanya untuk mendapatkan senilai uang jajan anak kita. Seperti katamu, apa yang bisa kita banggakan dari diri kita seandainya masih banyak disekeliling kita merintih kelaparan, menjerit kesakitan dan putus pendidikannya, karena mereka tak punya uang. Terkutuklah aku, seandainya tak sedikitpun hatiku untuk terketuk.

Hadian mengatakan...

Kali ini Mas Takim sedang serius..!

nkoswara mengatakan...

Ahhh ceuk sy mah bongan maranehna sorangan udah miskin atau barangkali ada yg tiba2 memiskinkan diri demi uang 20 Rb itu mah cilaka ku polah sorangan u/ sang dermawannya ada unsur2 riyanya keur mereka yg berdesakkan2annnya ya terlalu naif aja