Rabu, 10 September 2008

INGATKAN DIRI KITA UNTUK PEDULI TERHADAP SESAMA

Ingatkan Diri Kita Untuk Peduli Terhadap Sesama


Di suatu hari raya, Rasulullah Muhammad SAW, terlambat datang memimpin salat. Sahabat bertanya-tanya gerangan apa yang menunda kedatangan Rasulullah. Rupanya diperjalanan, Rasul melihat ada seorang anak yatim yang sedang menagis, karena kelaparan. Rasul memilih untuk memenuhi terlebih dahulu kebutuhan si anak tersebut, walaupun itu membuatnya menjadi terlambat.

Begitu juga dengan para sahabat Rasul, bagaimana Umar bin Khattab, kalifah kedua yang perkasa, memanggul sendiri gandum untuk diberikan pada salah satu keluarga miskin, yang sedang menanak tungku kosong hanya untuk menghibur hati anaknya yang menangis karena kelaparan.

Sekarang, pertanyaanya?

  • Sudah berapa lamakah kita tidak membelai kepala anak yatim dan kita gembirakan hatinya. Atau jangan-jangan kita belum pernah?
  • Sudah berapalamakan kita tidak mengetuk pintu orang yang sedang kesusahan? Atau malah barangkali kita tidak pernah membukakan pintu ketika ia mengetuknya.
  • Adakah kita berpesta, sementara tetangga yang miskin kita lewatkan tak diundang.
  • Adakah rumah kita menantang langit, sementara rumah orang tua kita dari dulu sejak kita kecil, begitu-begitu saja.?
  • Ketika kita gajian, adakah terpikir siapa yang bakal kita santuni? Atau jangan-jangan lebih banyak berpikir, mau bersenang-senang kemana kita?
  • Ketika makan dengan enaknya, pernahkah terpikir masih banyak orang yang tidak bisa makan?
  • Dan seterusnya dan seterusnya

Sekarang tanyakan pada diri kita , apa yang sudah kita lakukan ketika Allah memberikan kita kenikmatan, yang dengannya kita diminta untuk berbagi? Kalau pertanyaan ini kita jawab dengan jawaban ”kita tidak pernah menunjukan kepedulian, perhatian dan kasih sayang kepada sesama. Inilah Ramadhan yang indah untuk kita peduli, saatnya kita untuk berbagi. Sebelum semua digegaman kita diambil Allah kembali.

Seorang Ustad pernah mengatakan ” ....kalau kita tidak mau berbagi, kalau kita tidak mau peduli terhadap rintihan dan penderitaan orang lain, tunggulah.... tunggu hingga saatnya kesusahan datang dipergilirkan di kehidupan kita. Saat itu, kita sendiri yang akan merintih dan menangis memanggil nama Allah agar Dia mau peduli terhadap kita".


Lama sekali kepedulian menghilang dari ingatan hamba, begitu juga dengan sifat kasih sayang kepada sesama. Itu karena hamba telah menjelma menjadi manusia-manusia serakah yang lebih mementingkan isi perut sendiri. Lalu, masih layakah hamba ini menjadi abid-Mu, sementara Engkau Maha Pengasih, Engkau Maha Penyayang, Engkau Maha Peduli?

(Intisari dari Cahaya Ramadhan oleh Yusuf Mansur)

1 komentar:

tong mengatakan...

Terima kasih Ani. Semoga Allah berkenan menjadikan kita hamba-Nya yang peduli akan sesama, peduli akan penderitaan sesama. Semoga.