AMIN MULYA

Selamat jalan kawan, hanya doa yang bisa kami panjatkan....

Hidup bukanlah yang kita inginkan, sebagaimana juga mati. Kehidupan adalah waktu teramat singkat yang diberikanNya untuk menyonsong kematian, gerbang menuju kehidupan lain yang abadi.

Kita tidak akan pernah tahu dengan apa yang akan terjadi dengan kehidupan, sebagaimana juga kita tidak akan pernah tahu dengan bagaimana kematian itu terjadi. Hidup bukanlah apa yang kita peroleh, melainkan apa yang telah Dia berikan. Bahwa engkau hanyalah manusia, tidak lebih, yang bahkan tidak mampu untuk menentukan kehidupanmu.

Selamat jalan kawan. Engkau telah menepati janji kematianmu padanNya dan Tuhan telah mengambil janji itu pada hidupmu. Engkau telah menyelesaikan semua kewajiban hidupmu, adalah hakmu kini untuk kembali.

Ina Lillahi Wa Ina Ilaihi Rajiun.

Aku mati secara ragawi dan tidak secara jiwanya, karena ruchku yang tercipta dari Minruchi kembali ke Sang Pencipta. Yang tercipta dari saripati bumi kembali terkubur di bumi, yang tercipta dari partialnya Tuhan kembali ke Sang Pencipta. Karena aku mati aku tidak bisa lagi bicara tentang kematian dan alam akhirat. Itu sudah urusan Tuhan. Aku tidak bisa bercerita lagi kawan.

Terlalu banyak hal indah dan kenangan baik bersamanya selama 2 tahun bareng sekamar di asrama dengan membentuk gang "blood finger" dan beberapa tahun di BLA, sehingga sangat sulit untuk diungkapkan. Agamanya sangat kuat, sampai-sampai walau dalam keterbatasan ekonominya dia masih membiayai salah satu Madrasah. Doa dari rekan semua, semoga dia diberi tempat yang layak (Mustakim)

Karena tampang dan pembawaannya, kadang Amin dinilai kurang baik, setelah didekati, baru kita tahu bahwa dia adalah orang yang baik, bahkan sangat baik, mungkin itu yang kurang temen temen mengerti. Amin adalah Ikang Fauzi-nya asrama, paling hapal lagu-lagunya Ikang (Ravelly)