Kamis, 21 Agustus 2008

Ta'ziyah

Bersiap Menghadapi Kehilangan

Buat kita yang sedang merasa "mendapat ujian", baik berupa musibah - kehilangan orang terkasih, kehilangan harta, dll.- semoga kita tetap optimis, Maupun berupa anugerah - study/karier/bisnis yang sukses- (sebab anugerah pun hakikatnya adalah sebuah ujian)......
semoga kita "sabar" menerima kesuksesan ini.
Kata Allah;

Kepunyaan Allah-lah segala yang ada di langit dan segala yang ada di bumi. Dan sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya lagi Maha Terpuji. (al Hajj:64)

Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (al Hadid:22)

Saudaraku, kehidupan ini hakikatnya adalah sebuah perjalanan, dan dunia ini adalah terminalnya. Akan ada banyak hal yang datang dan akan ada banyak pula yang pergi. Datang dan pergi, kehadiran dan kepergian adalah warna yang lazim bagi kehidupan ini.

Ada sebuah kisah;
Alkisah, seorang lelaki keluar dari pekarangan rumahnya, berjalan tak tentu arah dengan rasa putus asa. Sudah cukup lama ia menganggur. Kondisi finansial keluarganya morat-marit. Sementara para tetangganya sibuk memenuhi rumah dengan barang-barang mewah, ia masih bergelut memikirkan cara memenuhi kebutuhan pokok keluarganya sandang dan pangan. Anak anaknya sudah lama tak dibelikan pakaian, istrinya sering marah-marah karena tak dapat embmeli barang-barang rumah tangga yang layak. Laki-laki itu sudah tak tahan dengan kondisi ini, dan ia tidak yakin bahwa perjalanannya kali inipun akan membawa keberuntungan, yakni mendapatkan pekerjaan.Ketika laki-laki itu tengah menyusuri jalanan sepi, tiba-tiba kakinya terantuk sesuatu. Karena merasa penasaran ia membungkuk dan mengambilnya. "Uh, hanya sebuah koin kuno yang sudah penyok-penyok," gerutunya kecewa. Meskipun begitu ia membawa koin itu ke sebuah bank. "Sebaiknya koin ini Bapak bawa saja ke kolektor uang kuno," kata teller di bank itu memberi saran. Lelaki itupun mengikuti anjuran si teller, membawa koinnya ke kolektor.
Beruntung sekali, si kolektor menghargai koin itu senilai 150 ribu rupiah. Begitu senangnya, lelaki tersebut lalu mulai memikirkan apa yang akan dia lakukan dengan rejeki nomplok ini. Ketika melewati sebuah toko perkakas, dilihatnya beberapa lembar kayu sedang diobral.
Dia bisa membuatkan beberapa rak untuk istrinya -batin lelaki itu- karena istrinya pernah berkata mereka tak punya tempat untuk menyimpan jambangan dan stoples. Sesudah membeli kayu seharga 150 ribu rupiah, dia memanggul kayu tersebut dan beranjak pulang. Di tengah perjalanan dia melewati bengkel seorang pembuat mebel. Mata pemilik bengkel sudah terlatih melihat kayu yang dipanggul lelaki itu. Kayunya indah, warnanya bagus, dan mutunya terkenal. Kebetulan pada waktu itu ada pesanan mebel. Dia menawarkan uang sejumlah 500 ribu rupiah kepada lelaki itu. Terlihat ragu-ragu di mata laki-laki itu, namun pengrajin itu meyakinkannya dan dapat menawarkannya mebel yang sudah jadi agar dipilih lelaki itu. Kebetulan di sana ada lemari yang pasti disukai istrinya. Dia menukar kayu tersebut dan meminjam sebuah gerobak untuk membawa lemari itu. Dia pun segera membawanya pulang.Di tengah perjalanan dia melewati perumahan baru. Seorang wanita yang sedang mendekorasi rumah barunya melongok keluar jendela dan melihat lelaki itu mendorong gerobak berisi lemari yang indah. Si wanita terpikat dan menawar dengan harga 1 juta rupiah. Ketika lelaki itu nampak ragu-ragu, si wanita menaikkan tawarannya menjadi Rp1.250.000,- Lelaki itupun setuju. Kemudian mengembalikan gerobak ke pengrajin dan iapun beranjak pulang. Di pintu desa dia berhenti sejenak dan ingin memastikan uang yang ia terima. Ia merogoh sakunya dan menghitung lembaran bernilai Rp 1.250.000,-. Pada saat itu seorang perampok keluar dari semak-semak, mengacungkan belati, merampas uang itu, lalu kabur. Istri si lelaki kebetulan melihat dan berlari mendekati suaminya seraya berkata, "Apa yang terjadi? Engkau baik-baik saja kan? Apa yang diambil oleh perampok tadi? Lelaki itu mengangkat bahunya dan berkata, "Oh, nggak apa-apa katanya. Hanya sebuah koin penyok yang kutemukan tadi pagi".Saudaraku, pelajaran apa yang bisa kita dapati dari kisah sederhana tadi ?
Pasti banyak hal yang mengharu biru dalam benak kita, setelah menyimak kisah itu. Ada sesuatu yang sulit untuk diucapkan, terlebih jika kita membayangkan kalau kita adalah si lelaki tersebut. Lalu terbayang juga dalam alam khayal kita betapa akan kecewa dan sedihnya isteri kita jika kita berterus terang dengan kisah seharian yang dialami itu kepadanya.

Apapun komentar kita tentang kisah ini, yang pasti kita telah mendapatkan sebuah pelajaran yang amat berharga tentang sebuah kebesaran hati dan kecerdasan spiritual seorang lelaki dalam menghadapi situasi yang amat sulit dalam hidupnya. Kemudian kita mendapatinya sebagai seorang yang begitu faham tentang sebuah makna pemeliharaan dari Yang Maha memelihara kehidupan manusia. Sebab hanya dengan pemahaman yang benar akan hakikat kehidupanlah seseorang akan bisa dengan tegar menghadapi kenyataan seperti ini.

Saudaraku, kita seringkali dihadapkan kepada persoalan kehidupan yang sulit seperti itu lalu kita terperosok kedalam masalah yang membebat hati. Akan bertarunglah antara kepasrahan akan ke Mahaan Allah sebagai zat yang menghidupkan kita, mengatur rezeki kita dan kelak akan mencabut segala fasilitas hidup yang selama ini kita nikmati, dengan kedangkalan fikroh kita akibat kebodohan imaniyah kita. Seringkali kita tak mampu menerima kenyataan seperti ini lalu kemudian kita mempersalahkan Allah, lalu mata kita buta terhadap kasih sayang Allah dalam bentuk lain kepada kita, lalu telinga kita tuli akan taujih-taujih robbaniyah yang bisa membimbing kita dari ketergelinciran fikroh, akhirnya hati kita dibekukan dari kesyukuran, padahal dalam setiap keadaan selalu saja ada hikmah dan manfaat bagi kita kalau saja kita cerdas menyikapinya.

Memang, ada beragam cara menyikapi kehilangan. Semoga kita termasuk orang yang bijak menghadapi kehilangan dan sadar bahwa sukses hanyalah TITIPAN Allah. Benar kata orang bijak, manusia tak memiliki apa-apa kecuali pengalaman hidup. Bila kita sadar kita tak pernah memiliki apapun, kenapa harus tenggelam dalam kepedihan yang berlebihan ketika suatu saat kita akan kehilangan jabatan ini? Ketika suatu saat kita akan kehilangan pekerjaan ini? Ketika suatu saat kita akan kehilangan kehormatan hidup ? Bukankah kita pada awalnya hanyalah seorang pemuda yang datang mengadu nasib diantara sekian banyak pesaing, dan kesemuanya tidak memiliki modal apapun kecuali harapan. Bukankah dahulunya kita tidak tahu apa-apa ? maka jika sekarang kita jadi tahu apa-apa, ini adalah bentuk dari karunia Allah juga.

Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.(an Nahl:78)

Saudaraku, kisah ini bisa menimpa siapa saja termasuk kita. Boleh jadi kisah serupa ini akan menimpa kita suatu waktu dengan bentuk dan alur cerita yang tidak persis sama namun memiliki kesimpulan yang serupa. Yang pasti kehilangan akan sesuatu akan menghampiri kita suatu saat karena segala sesuatu yang ada dibumi ini tidak ada yang kekal, kecuali apa-apa yang ada disisi Allah.”Maa indakum yanfaddu wamaa indallahu baaq”

Bersiaplah menghadapi kehilangan suatu saat. Kemudian jadilah kita lelaki yang cerdas bersikap dalam situasi yang amat genting seperti itu, marilah kita fahami dari apa kita berasal, dan terakhir dari segalanya adalah bersandar kepada Allah niscaya Allah akan memberi kita jalan keluar terbaik. Insya Allah.

2 komentar:

Zakki Zainun mengatakan...

Membaca tulisan ini membuat saya penasaran dengan Hadian, ternyata hasil penelusuran dengan google surprise banget, Hadian sekarang Ketua DPC PKS Batubara, rupanya pengalaman sebagai ketum OVA merupakan bekal untuk jadi seorang politikus ...terus berjuang ya !!!

Hadian mengatakan...

Ah Teh Zakki saya mah gak merasa jadi politisi, lagian baru tingkat Kabupatenan kok. Saya cuma menjalani salah satu amanah dakwah yang mau gak mau harus saya pikul (karena berdakwah itu wajib) sbg konsekwensi dari pilihan hidup, kan kata orang bijak, hidup adalah pilihan-pilihan. . Semboyan nya "nahnu du'at qobla kulli syai'" (kita ini sebenarnya adalah juru dakwah sebelum menjadi segala sesuatu). Punten ah janten mapatahan ngojay ka meri nya..