Sehabis kegiatan praktek kedok teplok di kolam belakang yang melelahkan, seperti biasa kita pulang melewati pojok lapang. Tidak seperti biasanya, pohon rambutan dengan buahnya yang merah segar dihalaman rumah Pak Walson, begitu menggoda untuk dicicipi (bayangin; habis cape, panas siang bolong, ditambah sedikit lapar). Entah siapa yang memulai dan punya ide sangat brilian, salah seorang rekan membuat rencana matang bagaimana caranya agar keinginan menikmati buah rambutan bisa tercapai. Strategi dibuat, dua orang manjat pohon (lupa siapa, cepetan ngaku!!!), sisanya sekitar enam orang (termasuk saya), nunggu di bawah nangkepin buah rambutan dari atas sekaligus mengamankan keadaan dari "ketahuan" orang yang dapat menggagalkan rencana. Singkat cerita, ditengah asyiknya nangkepin , yang empunya pohon tiba-tiba keluar dari rumah (padahal pikiran kita Pak Walson pasti lagi di kantor/kelas). Beruntung buat kita yang di bawah bisa dengan cekatan dan tanpa merasa bersalah serta tanpa ketahuan yang empunya pohon, pergi dengan meninggalkan jejak buah rambutan yang masih utuh plus cangkanya. Saya ngga tahu, bagaimana nasib dua orang yang di atas ???? Silakan yang di atas bercerita disini!!!!
Jumat, 18 Juli 2008
Langganan:
Posting Komentar
(Atom)
1 komentar:
Saya yakin yang empunya juga dah tahu. Tapi kasihan mungkin, ngelihat wajah-wajah yang perlu dikasihani. Dasar senenge begitu! ha...ha...
Posting Komentar