MAKNA REUNI
Pada saat reuni beberapa tahun kebelakang, saya pernah tertawa terbahak-bahak, ketika seorang temen bilang”kalo manggil dia (yg masih satu angkatan dengan saya) harus diawali dengan kata Pak”. Saya katakana sama dia“Pantang buat saya mengucapkan kata itu, seandainyapun dia adalah presiden saat ini, pada saat reuni seperti ini”
Makna reuni sepertinya telah berubah, saya menganggap REUNI adalah BERTEMUNYA KITA KEMBALI SAAT INI DALAM KONDISI SEPERTI DULU, bukan kita dengan seabrek embel-embel saat ini. Makna reuni akan bias menjadi pamer kehebatan, pamer kekayaan dan pameran lainnya yang justru akan menciderai makna reuni itu sendiri. Ajang reuni menjadi ajang “pameran sampah” tak bermakna (setidaknya itu buatku).
Seandainya reuni kita seperti itu? Maka saya tidak akan bertemu dengan banyak lagi temen masa lalu yang memutuskan untuk tidak hadir karena alasan “malu” dan merasa hidupnya “terpinggirkan”. Saya akan banyak kehilangan kenangan masa lalu yang justru ingin saya peroleh dari ajang ini.
Pada saat reuni, nuansa doeloe justru yang ingin diperoleh. Reuni mungkin akan terasa hambar, bila pada saat reuni nanti tidak menemukan menu makan teri main bola dan berganti menjadi rendang sapi Australia, setengah telur asin berganti menjadi telur utuh bebek Peking, potongan kecil-kecil papaya agak sepet berubah menjadi manisnya jeruk Mandarin, dan segelas teh manis kurang gula berubah menjadi soft drink.
Saya mungkin akan kehilangan moment penting reuni bila tidak merasakan empuknya kasur kapuk keras karena kurang dijemur di ranjang besi bertingkat dengan pemandangan indah coretan rumus-rumus pelajaran, keluh kesah, kerinduan, kekesalan, sumpah serapah, pengharapan dan seabrek macam itu yang tertata tanpa estetika dan jauh dari kesan dilakukan penataan, dibawah papan ranjang atas. Saya akan sangat amat kehilangan bila suasana asrama dulu malah disulap menjadi suasana kini, laiknya fasilitas hotel (apalagi kalo penyelenggaraan acaranya di hotel?). Rasanya lebih baik saya tidur nyenyak di gubuk reot, sambil bercanda dengan anak-anak di tempat tidur.
Makna reuni yang saya idamkan adalah seperti keinginan seorang alumni yang saat ini berstatus ibu rumah tangga yang berdomisili di Batang. Via telepon dia katakan "Insya Allah akan hadir pada saat reuni (dan sudah diizinkan sang suami tercinta, yang Insya Allah sangat Bijak), namun hanya pada saat acara yang pentingnya saja", selebihnya bila memungkinkan, dia ingin memanfaatkan waktunya dengan berkunjung ke rekan alumni yang tidak bisa hadir karena alasan keadaan yang tidak memungkinkan dan anak anak yatim dari rekan alumni yang sudah tidak ada.Demi Allah, adakah makna reuni yang lebih indah dari ini?
Wassalam, semoga pandangan saya tentang makna reuni ini, salah?
Makna reuni sepertinya telah berubah, saya menganggap REUNI adalah BERTEMUNYA KITA KEMBALI SAAT INI DALAM KONDISI SEPERTI DULU, bukan kita dengan seabrek embel-embel saat ini. Makna reuni akan bias menjadi pamer kehebatan, pamer kekayaan dan pameran lainnya yang justru akan menciderai makna reuni itu sendiri. Ajang reuni menjadi ajang “pameran sampah” tak bermakna (setidaknya itu buatku).
Seandainya reuni kita seperti itu? Maka saya tidak akan bertemu dengan banyak lagi temen masa lalu yang memutuskan untuk tidak hadir karena alasan “malu” dan merasa hidupnya “terpinggirkan”. Saya akan banyak kehilangan kenangan masa lalu yang justru ingin saya peroleh dari ajang ini.
Pada saat reuni, nuansa doeloe justru yang ingin diperoleh. Reuni mungkin akan terasa hambar, bila pada saat reuni nanti tidak menemukan menu makan teri main bola dan berganti menjadi rendang sapi Australia, setengah telur asin berganti menjadi telur utuh bebek Peking, potongan kecil-kecil papaya agak sepet berubah menjadi manisnya jeruk Mandarin, dan segelas teh manis kurang gula berubah menjadi soft drink.
Saya mungkin akan kehilangan moment penting reuni bila tidak merasakan empuknya kasur kapuk keras karena kurang dijemur di ranjang besi bertingkat dengan pemandangan indah coretan rumus-rumus pelajaran, keluh kesah, kerinduan, kekesalan, sumpah serapah, pengharapan dan seabrek macam itu yang tertata tanpa estetika dan jauh dari kesan dilakukan penataan, dibawah papan ranjang atas. Saya akan sangat amat kehilangan bila suasana asrama dulu malah disulap menjadi suasana kini, laiknya fasilitas hotel (apalagi kalo penyelenggaraan acaranya di hotel?). Rasanya lebih baik saya tidur nyenyak di gubuk reot, sambil bercanda dengan anak-anak di tempat tidur.
Makna reuni yang saya idamkan adalah seperti keinginan seorang alumni yang saat ini berstatus ibu rumah tangga yang berdomisili di Batang. Via telepon dia katakan "Insya Allah akan hadir pada saat reuni (dan sudah diizinkan sang suami tercinta, yang Insya Allah sangat Bijak), namun hanya pada saat acara yang pentingnya saja", selebihnya bila memungkinkan, dia ingin memanfaatkan waktunya dengan berkunjung ke rekan alumni yang tidak bisa hadir karena alasan keadaan yang tidak memungkinkan dan anak anak yatim dari rekan alumni yang sudah tidak ada.Demi Allah, adakah makna reuni yang lebih indah dari ini?
Wassalam, semoga pandangan saya tentang makna reuni ini, salah?