kejadiannya mungkin hampir sama dengan "manisnya rambutan Pak Walson" seperti pernah diceritakan sebelumnya. Pada saat praktek (atau kerja bhakti) di hatchery belakang deket jembatan, kita (entah berapa jumlahnya) kebagian tugas membersihkan halaman hatchery. Entah sifat, karakter atau entahlah...., yang pasti, lambaian daun singkong yang tertata rapi di halam hatcheri sepertinya menggugah perasaan dan sedemikian rupa menggoda untuk dijamah. Bayangan lezatnya makan "singkong rebus sehabis apel malam", sepertinya sangat sulit untuk dihilangkan begitu saja dari pikiran kotor kru "gank" antah berantah tak bernama, yang spontan terbentuk karena adanya kesamaan visi dan misi 'memperjuangkan perut' dengan tujuan mulia tentunya 'menyelamatkan generasi muda harapan bangsa dari bencana kelaparan' (he....he....).
Layaknya perampok profesional yang hendak menguras brankas bank, berbekal strategi matang yang tidak dirancang, sambil 'berpura' membersihkan rumput, dengan sigapnya tangan-tangan trampil yang terasah berkat latihan "push up" yang secara serius diajarkan abang kelas setiap saat, hampir setiap saat, beberapa pohon singkong secara acak berdasarkan pertimbangan kemungkinan keberadaan umbinya, digali dengan tangan kosong (dan sedikit dibantu peralatan seadanya seperti bambu, dll) untuk diambil umbinya, tanpa sedikitpun merubah posisi pohonnya yang tetap berdiri dengan tegap dan gagahnya. Siapapun pasti tidak akan curida, karena kebun singkong begitu rapi tertata seperti habis digemburkan tanahnya (strategi brilian bukan?).
Mungkin karena kita sangat sedikit diberi pelajaran biologi (atau emang be**) kita menjadi tidak tahu bila pohon singkong tanpa umbi atau akar, sama dengan rumah tanpa pondasi, hanya tinggal menunggu waktu untuk roboh., dan emamg demikianlah adanya yang terjadi. Keesokan harinya (lupa apa stelah berapa hari?), pada saat kita kembali ke hatcheri, kita menyaksikan pemandangan beberapa pohon sudah miring hampir roboh dengan daun sedikit layu (kayanya). Lagi-lagi, kalo tidak salah Bang Suratman sempet ngumpulin kita membahas tentang kenapa pohon itu bisa tumbang? kenapa umbinya tidak ada? dan pastinya siapa pelakunya (ini yang penting). Saya lupa kita ngaku apa ngga? dihukum ngga saat itu? Saya juga lupa singkkong yang kita makan enak sesuai bayangan apa nggaK?
0 komentar:
Posting Komentar